Piala Asia 2007: KINERJA PANITIA TAI KUCING!

Sebelum saya mulai maki-maki, ada baiknya kita telaah dulu…

• Apakah mungkin Indonesia terpilih jadi tuan rumah event sebesar Piala Asia? Mungkin…

• Apakah mungkin Indonesia bisa mengukir prestasi di ajang ini? Mungkin…

• Apakah mungkin negara Indonesia bisa maju ? TIDAK MUNGKIN!

Bobroknya Mentalitas
Memang, “tidak mungkin” kedengarannya kasar. Tapi inilah faktanya, tidak mungkin Indonesia akan pernah maju dari keterpurukan, jika orang-orang yang memegang tanggung jawab tidak ada keinginan untuk berubah.

Pada awalnya, saya kagum dengan profesionalitas panitia ticketing Piala Asia 2007. Cukup memuaskan kinerja pre-match. Hanya saja, begitu hari pertandingan datang, semua kebusukan dan kebobrokan mental tipikal Indonesia kembali ke permukaan.

Ini menjadi bukti berkelanjutan bahwa manusia Indonesia hanya hebat dalam berencana. Coba bayangkan, di event ber-skala internasional macam ini dan bahkan hanya terpilih sebagai co–host, masih saja tidak ada keinginan dari panitia untuk menjaga muka Indonesia.

Kejadian-kejadian
Lupakan dulu deh kemenganan 2-1 Indonesia atas Bahrain. Walaupun kita semua senang Indonesia menang, tapi ini gak bisa menyembunyikan borok kinerja panitia Piala Asia di Jakarta:

• Seorang yang sudah memesan dan sudah membayar tiket jauh-jauh datang dari Solo, ketika sampai Jakarta data pemesanan tiketnya tidak ada.

• Tempat penukaran tiket yang sudah dipesan yang KATANYA bakal dibuka pukul 14.00 siang di sekitar stadion, untuk orang yang tidak sempat menukar sebelumnya, ternyata tidak dibuka.

• Loket penjualan tiket on-the-spot yang disinyalir akan mengalokasikan sekitar 30% tiket, tidak dibuka-buka membuat calon penonton antri berjam-jam.

• Seorang pemegang tiket kelas 2 seharga Rp 75.000, dibohongi oleh panitia menuju arah yang salah dan malah munculnya di tribun alias tempat duduk kategori 4. Tidak terima, dia pun memprotes dan hanya di ping-pong kesana kemari. Sampai akhirnya dia masuk ke tempat yang benar 15 menit terlambat! Sebelumnya, panitia menghardik dia: “Kalo mau nonton bola disini [kategori 4. -red], kalo gak pulang aja!”.

• Penjaga tiket merobek bukti pembayaran tiket senilai Rp 700.000 yang belum sempat ditukarkan dan tidak berkata apa-apa.

• Calo masih saja berkeliaran dengan bebas menawarkan tiket dengan harga 3 kali lipat

• Penonton tanpa tiket yang tidak tahu diri berhasil menerobos stadion dan mengganggu kenyamanan penonton yang sudah mengeluarkan uang hasil keringat mereka untuk tiket resmi.

• Kantor PSSI dan tempat penjualan tiket di Gedung Squash malah tutup di saat penonton pemegang tiket ingin menanyakan kejelasan atas semua ketidak jelasan yang terjadi.

Dan saya yakin, daftar di atas akan bertambah banyak seiring dengan bergulirnya Piala Asia.

Kalau ada diantara kalian, para panitia, yang sekarang sedang berteriak dan menanyakan “mana buktinya” atas klaim-klaim di atas ini, maka saya katakan: TIDAK ADA BUKTINYA! Yang ada cuma rasa kecewa atas kinerja kalian, apa pun alasannya.

Well, kalau kalian bilang kalian sudah berusaha sekuat tenaga, well then it’s not good enough!. Selamat, anda telah sukses membuat malu Indonesia…

Kawan-kawan yang juga kecewa dengan kinerja panitia, tumpahkan uneg-uneg kalian di sini, dan berharap tangisan kita mengetuk pintu hati orang-orang yang bertanggung jawab.

MAJU TERUS INDONESIA!